Halaqah 02 ~ Muqaddimah Ushulu AsSittah Bagian 2

 Halaqah 02 ~ Muqaddimah Ushulu AsSittah Bagian 2

Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang kedua dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlul As-Sittah (6 Kaidah), sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh.

Kemudian beliau rahimahullāh mengatakan:

مِنْ أَعْجَبِ الْعُجَابِ ، وَأَكْبَرِ الآيَاتِ الدَّالَةِ عَلَى قُدْرَةِ الْمَلِكِ الْغَلَّابِ سِتَّةُ أُصُوْلٍ بَيَّنَهَا اللهُ تَعَالَى بَيَانًا وَاضِحًا لِلْعَوَامِّ فَوْقَ مَا يَظُنُّ الظَّانُّوْنَ

“Termasuk sesuatu yang paling mengherankan (yang paling menakjubkan) dan termasuk tanda-tanda kekuasaan Allāh yang paling besar yang menunjukkan tentang kekuasaan Allāh Dzat yang Maha Menguasai.

Perkara-perkara atau pokok-pokok yang di jelaskan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan penjelasan yang sangat jelas bagi orang-orang awam di atas apa yang disangka oleh orang-orang yang menyangka”

Beliau (rahimahullāh) mengatakan:

Termasuk sesuatu yang mengherankan dan menakjubkan dan menunjukkan kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah perkara-perkara pokok yang dijelaskan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Al Qurān dengan penjelasan yang sangat jelas bahkan dipahami oleh orang-orang awam (orang-orang yang biasa didalam kecerdasannya) diatas dari apa yang disangka oleh orang-orang yang menyangka.

ثُمَّ بَعْدَ هَذَا غَلِطَ كثير من أَذْكِيَاءُ الْعَالَمِ

“Kemudian setelah itu salahlah kebanyakan dari orang-orang yang cerdas diantara manusia ini”

وَعُقَلَاءُ بَنِيْ آدَمَ

“Dan orang-orang yang berakal dari anak-anak Ādam”

إِلَّا أَقَلَّ الْقَلِيْلِ

“Kecuali sedikit saja diantara mereka”

Maksud dari ucapan beliau rahimahullāh didalam muqaddimah kitāb beliau ini, adalah,

“Bahwasanya disana ada perkara-perkara (enam perkara) yang telah Allāh jelaskan didalam Al Qurānul Karīm dengan penjelasan yang sangat jelas (saking jelasnya) perkara-perkara ini dipahami oleh orang-orang yang awam atau kasarannya orang yang bodoh orang yang Jāhil. Tetapi banyak diantara orang-orang cerdas salah didalam memahami perkara ini.”

⇒ Dipahami oleh sebagian orang (bahkan orang yang awam) akan tetapi disana ada orang cerdas (bahkan di anggap pintar dan ulamā oleh sebagian manusia) dia salah didalam memahami enam perkara ini.

(Ini adalah maksud dari ucapan beliau rahimahullāh didalam muqaddimah kitāb ini)

Sebelum beliau menyebutkan enam perkara ini, beliau ingin menyampaikan kepada kita, (mengingatkan kepada kita) bahwasanya perkara-perkara yang akan beliau sebutkan dipahami oleh orang awam akan tetapi banyak orang yang cerdas dan mengaku dia adalah pengemban ilmu agama ternyata dia salah didalam memahami perkara tersebut.

Dan ini menunjukkan bahwasanya,

“Hidayah dan taufīq adalah ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tidak berkaitan dengan kecerdasan seseorang”

Terkadang Allāh Subhānahu wa Ta’āla menunjukkan al haq (kebenaran) kepada seorang (yang mungkin) diantara manusia sebagai orang yang awam. Namun Allāh mengharamkan kebenaran ini dari sebagian orang yang dianggap sebagai orang yang cerdas.

Dan ini menunjukkan bahwasanya hidayah dan taufīq (petunjuk) adalah ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآء

“Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyesatkan siapa yang dikehendaki, dan memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki”

(QS. An Nahl: 93/QS. Fāthir: 8)

√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyesatkan siapa yang dikehendaki.

Meskipun dia orang yang cerdas, orang yang pintar, orang yang genius, dan memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki.

√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki.

Meskipun dia orang yang awam (dianggap terbelakang) oleh sebagian orang, tetapi kalau Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkehendak untuk memberikan hidayah kepadanya niscaya dia termasuk orang yang mendapatkan petunjuk.

Dan ini menjadikan kita untuk senantiasa merendahkan diri kita dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, meminta hidayah kepada-Nya.

√ Kita jangan bertawakal dengan ilmu yang kita miliki.

√ Kita jangan bertawakal dengan kecerdasan yang kita miliki.

Kita harus meminta petunjuk kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, supaya Allāh menunjukkan kepada kita kebenaran dan menjauhkan kita dari syubhat dan juga kebathilan.

Itulah yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Halaqah 02 ~ Muqaddimah Ushulu AsSittah Bagian 2"

Posting Komentar