Halaqah 14 | Bab 01 Fadhlul Islam – Pembahasan Dalil Kedelapan Atsar Abū Darda Bag 01
السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه
ومن وله
Halaqah
yang ke-14 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau
mengatakan
وعن أبي الدرداء رضي
الله عنه قال
Dan
dari Abu Darda semoga Allāh ﷻ meridhoinya, beliau
mengatakan
يا حبذا نوم الأكياس
وإفطارهم
يا حبذا ini adalah ucapan sebuah pujian, pujian
terhadap tidurnya orang² yang cerdas & ifthornya orang² yang cerdas , siapa
yang dimaksud – الأكياس – disini ?seperti
yang disebutkan dalam hadits
الكَيِّس مَنْ دَانَ
نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ،
_Orang
yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya & orang yang beramal untuk
setelah kematiannya_
Mereka
adalah ulul albab (orang² yang berakal) maksudnya orang² yang cerdas & dia
mengetahui bagaimana menjadikan sebuah amalan yang sebenarnya dia adalah
perkara yang mubah tapi bisa menjadi sebuah ibadah, ini adalah orang yang
cerdas.
Disini
ada sebagian manusia bisa menjadikan sesuatu yang sebenarnya mubah tapi bisa
bernilai ibadah. يا حبذا beliau memuji
bagaimana orang² tersebut tidur mereka dan ifthornya mereka, ifthornya mereka
berarti mereka dalam keadaan tidak puasa.
Tapi
ternyata ketika mereka tidur bernilai ibadah, ketika mereka ifthor juga
bernilai ibadah, mengapa bisa demikian? ketika mereka tidur mereka punya niat
benar, niatnya karena ingin besok kuat segar kembali sehingga bisa shalat malam
kemudian shalat shubuh kemudian dilanjutkan dars & halaqoh Quran, niatnya
ingin menguatkan dirinya untuk beribadah berarti ini adalah niat yang benar,
niat yang sesuai dengan Islām.
Kemudian
juga bisa bernilai ibadah ketika dia akan tidur melakukan adab² mau tidur
seperti berwudhu terlebih dahulu, meruqyah dirinya terlebih dahulu berdizikir
Subhanallāh 33X, Alhamdulillah 33X, Allāhuakbar 34X, kemudian dia tidur diatas
bagian sebelah kanannya mendapat pahala, tidurnya selama 4-5 jam Allāh ﷻ memberikan nilai pahala bagi dia & dia
mendapatkan pahala dengan sebab niatnya tadi, yang satunya sama tidurnya sama 5
jam tapi dia tidak ada niat dengan tidurnya tadi untuk menguatkan dirinya dalam
beribadah. Berlalu 5 jam, yang pertama mendapat pahala adapun yang kedua dia
tidak mendapatkan pahala. Sama² waktunya sama tapi orang cerdas menjadikan waktu
yang sama tadi bernilai dengan ibadah, karena dia tahu hidupnya hanya sebentar
berapa jam yang dia gunakan melakukan ibadah Shalat, dzikir jika dihitung
selama satu hari, tentunya dia tidak ingin waktu yang berlalu tadi tanpa
bernilai ibadah, maka dia cerdas bagaimana bisa bernilai ibadah maka diniatkan.
Sebagian
salaf mengatakan
إني أحتسب على الله في
نومتي كما أحتسب في قومتي
_Aku
berharap kepada Allāh ﷻ pahala di dalam
tidurku sebagaimana aku berharap kepada Allāh ﷻ
pahala di dalam bangunku_
Ini
orang yang cerdas, bisa dikiaskan dengan yang lain, dia bekerja niatnya adalah
niat yang benar (mencukupi dirinya dan mencukupi juga keluarganya) dia ingin
shodaqoh boleh dan dia akan mendapatkan pahala, bukan sia² dia keluar dari
rumahnya karena dia dalam keadaan beribadah ini adalah orang-orang yang cerdas.
Demikian
pula di dalam ifthornya kalau orang yang cerdas maka dia bisa mendapatkan
pahala. Sebagian orang dia ifthor, & ternyata ifthornya ada niat, ingin
lebih kuat untuk membaca al-Quran , tadris, ta’lim misalnya. Sebagaimana yang
dilakukan Abdullāh bin Mas’ud dia mendapatkan dirinya jika dalam keadaan
berpuasa dia lemah sehingga beliau memperbanyak membaca al-Quran daripada
memperbanyak puasa, ketika beliau ifthor dengan sebab supaya lebih kuat di
dalam membaca al-Quran dan beliau mendapatkan dirinya lemah ketika dalam
keadaan puasa maka dia mendapatkan pahala dengan sebab niat tadi & dia niat
seandainya saya kuat seperti fulan niscaya saya akan berpuasa.
Ketika
dia niat dengan sungguh² tentunya seandainya saya kuat seperti si fulan
(artinya bisa menjamak) antara quran dengan puasa & tentunya ini adalah
aljama’ baina alkhoirain (menjama antara dua kebaikan), seandainya saya kuat
saya akan berpuasa, ketika dia niat seperti itu mendapat pahala.
Dia
dalam keadaan ifthor tapi mendapatkan pahala puasa dengan sebab niat maka dia
mendapatkan pahala ifthor, pahala Quran dia dapat & pahala puasa dapat
dengan sebab niat, tentunya ini tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang² yang الأكياس tadi (orang² yang cerdas) bukan orang²
yang cerdas dalam matematika dan seterusnya. Orang yang cerdas di dalam agama
dia bisa memanfaatkan waktu dengan baik, memperhatikan hatinya.
Ini
bedanya antara kita dengan para Ulama dan juga para salaf dahulu, jika mereka
perkara² yang mubah disisi Allāh ﷻ
apa yang mereka lakukan karena ada niat di dalam hati mereka menjadi perkara
yang merupakan ibadah.
Itulah
yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
0 Response to "Halaqah 14 | Bab 01 Fadhlul Islam – Pembahasan Dalil Kedelapan Atsar Abū Darda Bag 01"
Posting Komentar