Halaqah 15 ~ Penjelasan Pokok Keempat Bagian 2
Halaqah 15 ~ Penjelasan Pokok Keempat Bagian
2
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه
ومن والاه
Halaqah yang ke-15
dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlul As-Sittah (6 Kaidah),
sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At
Tamimi rahimahullāh.
Demikian pula sabda
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ
فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang
Allāh kehendaki kebaikan, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan menjadikannya
dirinya faqīh (memahami) agamanya.”
Barangsiapa yang Allāh
kehendaki kebaikan kepada dirinya diinginkan oleh Allāh menjadi orang yang
beruntung.
Ciri-cirinya apa?
⇒ Allāh akan menjadikan
dirinya memahami agamanya.
Yang dimaksud dengan
fiqih disini adalah ilmu agama dan ini menunjukkan tentang keutamaan menuntut
ilmu agama.
Dijadikan dia semangat
menuntut ilmu, dijadikan dia mudah untuk memahami agamanya, inilah orang yang
dikehendaki kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan sebaliknya orang yang
tidak Allāh kehendaki kebaikan maka dijadikan dia tidak memahami agamanya.
Dan dalīl-dalīl yang
lain apabila kita menemukan lafadz ilmu didalam Al Qur’ān maupun hadīts-hadīts
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka ketahuilah bahwasanya ilmu tersebut
maksudnya adalah ilmu agama (bukan ilmu yang lain).
Karena sebagian,
apalagi dizaman sekarang menganggap semua pengetahuan dinamakan dengan ilmu,
sehingga ilmu-ilmu duniapun dianggap itu ilmu yang dimaksud didalam Al Qur’ān
dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Padahal para ulamā
telah menjelaskan bahwasanya ilmu agama itulah yang dimaksud didalam Al Qur’ān
dan juga hadīts, adapun ilmu-ilmu dunia meskipun dinamakan ilmu oleh sebagian
manusia maka itu bukan yang dimaksud didalam Al Qur’ān dan juga hadīts.
Ilmu dunia apabila
digunakan untuk kebaikan, manfaat bagi manusia maka seseorang diharapkan
mendapatkan pahala, namun apabila ilmu dunia digunakan untuk mudharat (merusak)
maka tentunya orang yang menyebarkannya (mengajarkannya) bukan mendapatkan
pahala akan tetapi justru mendapatkan dosa.
Ini perbedaan antara
ilmu agama yang dimaksud didalam Al Qur’ān dan juga hadīts dengan ilmu-ilmu
dunia.
Dan yang dimaksud
dengan ulamā adalah orang yang berpegang teguh dengan Al Qur’ān dan juga sunnah
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan mengilmui keduanya.
Setelah kita
mengetahui apa itu ilmu berarti kita mengetahui siapa itu ulamā (yaitu) orang
yang membawa Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa
sallam.
Merekalah para ulamā
dan merakalah yang telah dipuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Al
Qur’ān, bahwasanya mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.
Karena ilmu yang dia
miliki, ilmu yang ada didalam Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu
‘alayhi wa sallam.
√ Merekalah yang
paling mengetahui dan mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
√ Merekalah yang paling takut dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Oleh karena itu Allāh
berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ
ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟
“Sesungguhnya orang
yang takut kepada Allāh diantara hamba-hambanya adalah para ulamā.”
(QS. Fāthir: 28)
Kenapa demikian?
√ Karena mereka paling
mengenal apa yang ada didalam Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu
‘alayhi wa sallam,
√ Karena mereka
mengenal siapa Allāh dan apa hak nya.
√ Karena mereka
mengenal siapa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan apa hak nya.
√ Karena mereka
mengenal tentang agama Islām ini.
√ Karena mereka
mengenal pondasi agama ini dan apa cabangnya, sehingga merekalah yang disifati
oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai hamba-hamba Nya yang sangat takut dengan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dan didalam hadīts
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“Para ulamā adalah
pewaris para nabi”
(Hadīts shahīh riwayat
At Tirmidzī)
Ini menunjukkan
bahwasanya ulamā adalah orang yang mengetahui apa yang datang dari para nabi.
Apa yang datang dari
mereka?
Yang datang dari
mereka adalah apa yang dikatakan oleh Allāh dan apa yang dikatakan oleh rasūl
Nya.
Dan tugas mereka (para
ulamā) adalah mewarisi apa yang datang dari para nabi, (artinya) mewarisi (mengambil
dari mereka) apa adanya dan menyampaikan kepada yang setelahnya.
Jadi tugas ulamā bukan
menambah apa yang datang dari para nabi dan bukan mengurangi apa yang datang
dari nabi atau merubah-rubah maknanya. Tugas mereka (para ulamā) adalah
mewarisi para nabi.
Inilah yang dinamakan
dengan ulamā yang datang didalam Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan ini terkadang
samar bagi sebagian orang, sehingga mereka tidak bisa membedakan siapa ulamā
dan siapa yang bukan ulamā.
Karena berlalunya
masa, berlalunya waktu banyaknya fitnah, banyaknya subhat sehingga sebagian
saudara kita tidak bisa membedakan mana yang disebut dengan ulamā dan mana yang
bukan ulamā.
Wallāhu Ta’āla A’lam
Itulah yang bisa kita
sampaikan.
وبالله التوفيق و
الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
0 Response to "Halaqah 15 ~ Penjelasan Pokok Keempat Bagian 2"
Posting Komentar