Halaqah 16 ~ Penjelasan Pokok Keempat Bagian 3
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه
ومن والاه
Halaqah yang ke-16
dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlul As-Sittah (6 Kaidah),
sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At
Tamimi rahimahullāh.
Kemudian beliau
(rahimahullāh) mengatakan:
وَبَيَانُ مَنْ تَشَبَّهَ بِهِمْ وَلَيْسَ
مِنْهُمْ
Dan penjelasan siapa
orang yang menyerupai mereka (para ulamā), baik menyerupai pakaiannya
(misalnya) atau menyerupai ucapannya atau menyerupai perilakunya, atau
menyerupai karena mereka memiliki pengikut yang banyak. Padahal mereka bukan
termasuk ulamā.
Kata beliau ini perlu
dijelaskan dan ini adalah termasuk perkara yang penting, menjelaskan kepada
umat tentang siapa ulamā dan siapa yang bukan ulamā.
Apalagi dizaman
sekarang hanya sekedar seseorang berani untuk berpidato atau berani untuk
tampil kedepan atau dibesar-besarkan oleh media atau dia bisa menghapal satu
ayat atau dua ayat atau sekedar memiliki pakaian yang berbeda dengan yang lain,
memakai pakaian yang bisa dipakai oleh para ulamā dan dia berani untuk tampil
kedepan kemudian dianggap dan diyakini bahwasanya dia seorang yang ‘alim atau
seorang ulamā.
Dan ini adalah
termasuk usaha iblīs untuk menyesatkan manusia, dan orang yang seperti ini, apa
yang dia rusak ini lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.
Karena apabila seorang
dianggap oleh manusia sebagai seorang ulamā kemudian dia berfatwa, maka fatwa
yang datang dari nya dikhawatirkan adalah fatwa yang tidak berdasarkan ilmu,
tidak berdasarkan Al Qur’ān dan hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى
ٱللَّهِ كَذِبًۭا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Maka siapa yang lebih
zhālim daripada orang yang membuat kedustaan atas nama Allāh”
Allāh menghalalkan
kemudian dia mengatakan haram diantara manusia, Allāh mengatakan ini disunnahkan
kemudian dia mengatakan ini adalah sesuatu yang tidak disunnahkan.
Untuk menyesatkan
manusi tanpa dasar ilmu, oleh karena itu hendaklah seorang muslim dan muslimah
waspada didalam masalah ini.
Ilmu yang akan kita
ambil adalah agama kita, oleh karena itu kita melihat dari siapa kita mengambil
agama ini, sebagaimana ucapan sebagian salaf.
“Sesungguhnya ilmu ini
adalah agama, ilmu yang kita tuntut kita baca, kita pelajari adalah agama kita,
maka hendaklah kalian melihat dari siapa kalian mengambil agama kalian”
Seseorang ketika ingin
mencari pengetahuan-pengetahuan dunia maka dia akan melihat dari siapa dia
mengambil pengetahuan tersebut.
Seseorang ingin mahir
dalam komputer, maka dia akan mencari orang yang mahir (yang benar-benar paham)
yang dikenal tentang ilmunya didalam masalah komputer.
Maka bagaimana dengan
ilmu agama yang berkaitan dengan kebahagiaan kita di dunia maupun di akhirat.
Kemudian beliau
mengatakan:
وَقَدْ بَيَّنَ اللهُ تَعَالَى هَذَا الْأَصْلَ
فِيْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ قَوْلِهْ: يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِيٓ
أُوفِ بِعَهۡدِكُمۡ وَإِيَّٰيَ فَٱرۡهَبُونِ. إِلَى قَوْلِهِ قَبْلَ ذِكْرِ
إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ …. الآية
Dan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla telah menjelaskan perkara ini didalam awal surat Al Baqarah yaitu dari
firman Allāh
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ
ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ
Sampai firman Allāh
Subhānahu wa Ta’āla sebelum menyebutkan Ibrāhīm alayhissallām يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ beliau rahimahullāh ingin menjelaskan
kepada kita tentang makna ilmu dengan mengambil dalīl dari awal surat Al
Baqarah (yaitu) ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla menceritakan tentang banī
Isrāil yang telah diturunkan kepada mereka Al Kitāb yaitu kitāb Taurāt dan
telah diutus kepada mereka para rasūl.
Jadi mereka adalah
orang-orang yang berilmu, oleh karena itu dinamakan dengan ahlul kitāb
diturunkan kepada mereka Al Kitāb Al Munazal akan tetapi ternyata banī Isrāil
mereka tidak mengamalkan apa yang mereka ilmui.
Mengenal Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan tetapi tidak beriman dengan beliau.
Mereka mengenal
Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengenal anak-anak
mereka, mengenal anaknya, kapan lahirnya, bagaimana sifatnya, namun mereka
tidak beriman dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Mengenal bahwasanya
Muhammad adalah Nabi yang hak yang dikabarkan didalam kitāb mereka, akan tetapi
tidak mengikuti beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
وَلَمَّا جَآءَهُمْ كِتَـٰبٌۭ مِّنْ عِندِ
ٱللَّهِ مُصَدِّقٌۭ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا۟ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُوا۟ كَفَرُوا۟ بِهِۦ ۚ
فَلَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ
Dan ketika datang
kepada mereka (orang-orang banī Isrāil) kitābun mushaddiqun limā ma’ahum
(sebuah kitāb dari sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang membenarkan apa yang ada
pada mereka) setelah datang Al Qur’ān yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam yang isinya adalah membenarkan apa yang ada didalam kitāb
meraka.
وَكَانُوا۟ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟
Dan sebelumnya
orang-orang Yahūdi, orang-orang banī Isrāil, mereka mengancam orang-orang kāfir
dari musyrikin yaitu orang-orang musyrikin yang ada di kota Madīnah ini.
Orang-orang Yahūdi
dahulu tinggal disini dikota Madīnah berdampingan dengan orang-orang musyrikin
sebelum mereka masuk Islām.
Orang-orang Yahūdi
sering mengancam dan mengatakan kepada orang-orang musyrikin sebentar lagi akan
datang seorang nabi dan kami akan memerangi kalian bersama nabi tersebut.
Kami akan beriman
dengan nabi tersebut dan kami akan memerangi kalian bersama nabi tersebut.
Tetapi ketika datang apa yang mereka ketahui datang Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam bersama beliau Al Qur’ān, tiba-tiba mereka kufur dan
mengingkari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Mengatakan bahwasanya
beliau adalah seorang pendusta, mengatakan bahwasanya dia bukan nabi yang
dimaksud, karena kesombongan mereka, padahal mereka sangat tahu bahwasanya itu
adalah seorang nabi dan itu adalah nabi yang dimaksud didalam kitāb mereka.
Bahkan sebagian mereka
mengutus seseorang kekota Mekkah saat itu untuk menanyakan kepada beliau
shallallāhu ‘alayhi wa sallam tiga perkara, dimana tiga perkara ini tidak
mungkin menjawabnya kecuali seorang nabi.
Ditanyakan kepada
beliau tentang;
⑴ Ashabul kahfi
⑵
Dzulqarnain.
Setelah Allāh
Subhānahu wa Ta’āla menurunkan surat Al Kahfi beliau bisa menjawab itu semua.
Tidak mungkin bisa
menjawab pertanyaan tersebut, kecuali seorang nabi yang diutus oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, mereka tahu bahwasanya itu adalah seorang nabi atau nabi
yang diutus dan yang dimaksud olah Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam kitāb
mereka.
Tapi mereka
mengingkari dan kufur karena kesombongan.
Allāh Subhānahu wa
Ta’āla mengatakan:
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ
ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ
“Wahai banī Isrāil
hendaklah kalian mengingat kenikmatanku yang telah aku berikan kepada kalian”
(QS. Al Baqarah: 40)
Kalian telah diberikan
kitāb, diutus kepada kalian rasūl dan disebutkan didalam ayat-ayat selanjutnya
bagaimana kenikmatan yang Allāh berikan kepada banī Isrāil.
Dahulu mereka dalam
cengkraman Fir’aun kemudian diutus Mūsā alayhissallām dan diselamatkan dari
Fir’aun dan mereka melihat bagaimana Fir’aun ditenggelamkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.
Kemudian diberikan
mereka al ardhu muqadasah (tanah yang suci) dan mereka diperintahkan untuk
masuk kedalamnya dan kenikmatan-kenikmatan yang lain, yang banyak yang Allāh
berikan kepada banī Isrāil.
Supaya apa?
Ketika mereka
mengingat kenikmatan tersebut mereka mau beriman dengan Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam.
Cara bersyukurnya
adalah dengan cara beriman dengan rasūl terakhir yang Allāh utus kepada mereka.
Sampai firman Allāh:
قَبْلَ ذِكْرِ إِبْرَاهِيْمَ
Yaitu sebelum ayat,
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِـۧمَ رَبُّهُۥ
بِكَلِمَـٰتٍۢ فَأَتَمَّهُنَّ
Allāh Subhānahu wa
Ta’āla berfirman:
يَـٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتِىَ
ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى ٱلْعَـٰلَمِينَ
“Wahai banī Isrāil,
ingatlah kenikmatan yang telah aku berikan kepada kalian dan sesungguhnya aku
telah memuliakan kalian diatas alam ini (diatas manusia yang lain).”
Allāh Subhānahu wa
Ta’āla mengingatkan banī Isrāil tentang kenikmatan-kenikmatan yang Allāh berikan
kepada mereka dengan harapan mereka mau beriman dan bersyukur dan mengikuti
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
(QS. Al Baqarah: 47)
Wallāhu Ta’āla A’lam
Itulah yang bisa kita
sampaikan.
وبالله التوفيق و
الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
0 Response to "Halaqah 16 ~ Penjelasan Pokok Keempat Bagian 3"
Posting Komentar